KESESUAIAN PANDANGAN PENDIDIKAN JOHN DEWEY DENGAN KURIKULUM MERDEKA
Kata Kunci:
Pendidikan John Dewey, Pragmatisme, Kurikulum MerdekaAbstrak
Kurikulum selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan ini untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global sesuai dengan kondisi zaman. Indonesia sekarang memiliki kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka. Kurikulum terbaru ini tidak lepas dari fondasi yang disiapkan para filsuf kita terdahulu. Salah satu pandangan filsafat yang erat kaitannya dengan Kurikulum Merdeka adalah filsafat pendidikan John Dewey. Pandangan filsafat John Dewey menekankan pada pengalaman langsung melalui teori pragmatismenya. Sedangkan Kurikulum Merdeka muncul dengan proyek unggulannya yaitu proyek penguatan profil pelajar pancasila mampu membangun kreativitas, kolaborasi, berpikir kritis, dan karakter yang baik peserta didik. Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya mengakomodasi keberagaman peserta didik. Setiap pelajar dianggap sebagai individu unik dengan kemampuan dan minat yang bervariasi. Baik John Dewey maupun Kurikulum Merdeka sama-sama memposisikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Peserta didik tidak hanya sebagai pendengar di kelas, tetapi juga secara aktif membangun pengetahuannya. Melalui artikel ini, akan menyajikan kesesuaian pandangan pendidikan John Dewey dengan Kurikulum Merdeka. Tujuan penelitian ini agar bisa menghasilkan rujukan untuk mengembangkan Kurikulum Merdeka menjadi lebih kaya dan berkualitas.
The curriculum always changes according to the times. This change is to prepare the younger generation to face global challenges in accordance with current conditions. Now, Indonesia has a new curriculum, namely the Kurikulum Merdeka. This latest curriculum cannot be separated from our previous philosophical foundation. One philosophical view that is closely related to the Kurikulum Merdeka is John Dewey's educational philosophy. John Dewey's philosophical views emphasize direct experience through his theory of pragmatism. Meanwhile, the Kurikulum Merdeka emerged with its flagship project, namely the Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila which is able to build creativity, collaboration, critical thinking and good character in students. The Kurikulum Merdeka emphasizes the importance of accommodating the diversity of students. Each student is considered a unique individual with different abilities and interests. Both John Dewey and the Kurikulum Merdeka positioning students as the center of learning. Students are not only listeners in class, but also actively build their knowledge. Through this article we will explain the alignment of John Dewey's educational views with the Kurikulum Merdeka. This research aims to produce references for developing the Kurikulum Merdeka to make it richer and better quality.