KONSEP KETIDAKADILAN (UTOPIA) THOMAS MORE TERHADAP MARTABAT PEREMPUAN DI MANGGARAI
Kata Kunci:
Utopia Thomas More, Ketidakadilan dan Martabat PerempuanAbstrak
Konstruksi sosial selalu mengidentikkan dengan realitas-realitas yang terjadi dalam lingkungan sosial. Kenyataan sekarang menggambarkan bahwa, perilaku yang dilakukan oleh manusia tidak mencerminkan eksistensinya sebagai manusia. Ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan sekarang ini menggambarkan konstruksi sosial yang tidak baik. Peran perempuan hanyalah sebagai istri dan ibu yang baik. Namun, adanya arus globalisasi ini memaksa perempuan keluar dari belenggu ranah domestik dan ikut bekerja di ranah publik. Thomas More setidaknya memberikan suatu pandangan baru tentang bagaimana caranya untuk mencapai suatu masa depan yang lebih baik. Utopia menghantar pada suatu hal atau mengharapkan suatu transisi ke masa yang lebih baik dari hari ini. . Utopia dihadirkan oleh More untuk mengkritisi persoalan yang terjadi di Inggris pada zamannya yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat sosial. Ajaran pokok utopia adalah ketiadaan milik pribadi. Hal inilah yang penulis jelaskan dalam tulisan ini, bagaimana konsep utopia memberikan makna baru bagi kaum perempuan di Manggarai. Selain itu penulis akan menjelaskan tentang keadilan, di mana keadilan itu tidak hanya dimiliki atau dirasakan oleh sekelompok orang atau individu tertentu saja, melainkan mesti adanya pemerataan dalam menciptakan keadilan tanpa adanya perbedaan status sosial. Konsep ini sesungguhnya menjadi tameng untuk melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh kaum laki-laki terhadap perempuan. Penulis juga akan menjelaskan konsep utopia dari Thomas More dan menjelaskan martabat perempuan yang ada di Manggarai agar mengantar pembaca untuk memahami dan mendalami konsep utopia Thomas More dalam menghadapi realitas ketidakadilan terhadap martabat perempuan di Manggarai.