TRANSFORMASI BAHASA PADA ERA DIGITAL: PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP KOSAKATA BARU DAN EVOLUSI BAHASA INDONESIA
Kata Kunci:
Media sosial, Kosakata Baru, Evolusi Bahasa, TikTok, Bahasa IndonesiaAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana media sosial memengaruhi munculnya kosakata baru dan evolusi bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui analisis unggahan TikTok yang memiliki interaksi tinggi, serta teknik dokumentasi dan analisis wacana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial mempercepat penciptaan dan penyebaran kosakata baru, dengan tahapan evolusi yang mencakup pengenalan, adopsi awal, penyebaran massal, dan integrasi dalam komunikasi sehari-hari. Selain itu, fenomena ini juga berdampak pada pergeseran antara bahasa formal dan informal, serta meningkatnya penggunaan istilah serapan dari bahasa asing. Implikasi jangka panjang dari perubahan ini mencakup kekayaan kosakata, fleksibilitas bahasa, tetapi juga potensi penurunan penggunaan bahasa baku dan bahasa daerah. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan regulasi dalam menjaga keseimbangan antara inovasi bahasa dan pelestarian identitas bahasa Indonesia.
This study aims to analyse how social media influences the emergence of new vocabulary and the evolution of the Indonesian language. Using a descriptive qualitative method, data was collected through analysing TikTok uploads that have high interaction, as well as documentation and discourse analysis techniques. The results show that social media accelerates the creation and spread of new vocabulary, with evolutionary stages that include introduction, early adoption, mass dissemination, and integration in daily communication. In addition, this phenomenon also has an impact on the shift between formal and informal language, as well as the increasing use of foreign language terms. The long-term implications of these changes include vocabulary richness, language flexibility, but also a potential decline in the use of standardised and local languages. Therefore, awareness and regulation are needed to maintain the balance between language innovation and the preservation of Indonesian language identity