UPACARA PANGGIH ADAT PERNIKAHAN SUKU JAWA DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK
Kata Kunci:
Upacara Panggih, Antropolinguistik, Campur Kode, Nilai Budaya, Pernikahan Adat JawaAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tuturan, fenomena campur kode, dan nilai budaya yang terkandung dalam upacara Panggih adat pernikahan suku Jawa di Kecamatan Tanjung Morawa. Sumber data dalam penelitian ini adalah prosesi upacara Panggih yang dilaksanakan di Dalu Sepuluh A, dengan data utama berupa tuturan lisan dari dukun pengantin. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropolinguistik William A. Foley yang mengkaji keterkaitan antara bahasa, budaya, dan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, rekaman, wawancara mendalam dengan informan utama, serta dokumentasi. Analisis data menggunakan metode padan dan metode agih sesuai dengan teori Mahsun untuk mengungkap aspek kebahasaan, fenomena campur kode, serta nilai budaya dalam setiap tahapan upacara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuturan dalam prosesi upacara Panggih diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu tuturan instruksi, tuturan petuah (nasihat), dan tuturan doa. Fenomena campur kode yang ditemukan terdiri atas tiga jenis, yaitu campur kode ke dalam (inner code-mixing), campur kode ke luar (outer code-mixing), dan campur kode campuran (mixed code-mixing). Nilai budaya yang terkandung dalam upacara ini mencakup simbolik peran gender, kebersamaan dan saling menghargai, keikhlasan, spiritualitas, solidaritas, cinta dan kasih sayang, harapan akan rumah tangga ideal, kesakralan, kesetiaan, keharmonisan, tanggung jawab, optimisme, kedewasaan, kepemimpinan, penghormatan kepada orang tua, permohonan restu, serta kesadaran diri. Temuan ini menegaskan bahwa bahasa dalam upacara Panggih tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai cerminan identitas serta sarana pelestarian budaya masyarakat Jawa di luar Pulau Jawa.
This research aims to describe the forms of utterances, code-mixing phenomena, and cultural values contained in the Panggih ceremony of the Javanese traditional wedding in Tanjung Morawa District. The data source for this study is the Panggih ceremony held in Dalu Sepuluh A, with the primary data consisting of oral utterances delivered by the wedding shaman (dukun pengantin). The method used is descriptive qualitative with an anthropolinguistic approach based on William A. Foley’s theory, which examines the interrelation between language, culture, and society. Data collection techniques include observation, audio recording, in-depth interviews with key informants, and documentation. Data were analyzed using the distributional and translational methods in accordance with Mahsun’s theory to reveal linguistic aspects, code-mixing phenomena, and cultural values in each stage of the ceremony. The results show that utterances in the Panggih procession are classified into three categories: instructional utterances, advisory utterances, and prayer utterances. The code-mixing phenomena identified consist of three types: inner code-mixing, outer code-mixing, and mixed code-mixing. The cultural values reflected in the ceremony include symbolic gender roles, togetherness and mutual respect, sincerity, spirituality, solidarity, love and affection, hopes for an ideal household, sacredness, loyalty, harmony, responsibility, optimism, maturity, leadership, respect for parents, request for blessings, and self-awareness. These findings affirm that language in the Panggih ceremony not only functions as a means of communication but also serves as a reflection of identity and a medium for preserving Javanese culture outside the island of Java.