PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KESETARAAN GENDER UNTUK MENCEGAH PERNIKAHAN DINI DI MADURA
Kata Kunci:
Pernikahan Dini, Pendidikan, Kesetaraan Gender, PerempuanAbstrak
Pernikahan dini masih menjadi topik utama di kalangan masyarakat Indonesia, dan pemerintah khususnya bagian kemen PPPA masih gencar untuk menurunkan angka pernikahan dini di Indonesia. Salah satu penyebab utama terjadinya pernikahan dini di Madura adalah kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan dan persiapan untuk berkeluarga. Beberapa keluarga di wilayah ini menganggap menikah muda adalah hal yang wajar atau bahkan merupakan kewajiban sosial. Akibatnya, masih banyak remaja, terutama remaja putri, yang menikah sebelum mencapai kematangan jasmani dan rohani. Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang bersifat kualitatif. Lembaga Pendidikan di Madura adalah fokus dalam penelitian ini, yang mencakup Sekolah Dasar, SMP, SMA/K setara. Temuan riset menunjukkan bahwa penyebab pernikahan dini antara lain: Faktor sosial ekonomi, setelah peneliti melakukan pengamatan, peneliti menyimpulkan bahwa pada tingkat sosial ekonomi yang rendah, tekanan ekonomi yang sering muncul menjadi faktor pendorong pernikahan dini. Dampak berdasarkan perkawinan pada bawah umur meliputi pemisahan berdasarkan keluarga, isolasi, dan kurangnya kebebasan buat berinteraksi menggunakan sahabat-sahabat sebaya. Pendidikan adalah salah satu sarana yang memiliki peranan dalam menciptakan kesetaraan gender di masyarakat. Fungsi pendidikan dalam menciptakan kesetaraan gender tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menangani stereotip gender dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak-hak gender yang setara. Lembaga pendidikan mempunyai kiprah yg sangat krusial pada mengatasi gosip pernikahan dini dan menaikkan kesetaraan gender pada Madura. Melalui pendidikan formal dan non-formal, sekolah dan forum pendidikan lainnya bisa menaruh pemahaman mengenai hak-hak wanita , pentingnya kesetaraan gender, dan efek negatif berdasarkan pernikahan dini bagi kesehatan fisik, mental, dan sosial anak.
Early marriage is still a major topic among Indonesian people, and the government, especially the Ministry of PPPA, is still aggressively trying to reduce the number of early marriages in Indonesia. One of the main causes of early marriage in Madura is the lack of understanding of the importance of education and preparation for family. Some families in this region consider marrying young to be normal or even a social obligation. As a result, there are still many teenagers, especially young women, who marry before reaching physical and spiritual maturity. This type of research is a qualitative case study. Educational institutions in Madura are the focus of this research, which includes elementary, junior high, and equivalent high schools. The research findings show that the causes of early marriage include: Socio-economic factors, after the researcher made observations, the researcher concluded that at low socio-economic levels, economic pressures often appear to be a driving factor for early marriage. Impacts based on underage marriage include family-based separation, isolation, and lack of freedom to interact with peers. Education is one of the means that has a role in creating gender equality in society. The function of education in creating gender equality is not only limited to providing knowledge and skills, but also addressing gender stereotypes and raising awareness.