EFEKTIVITAS SISTEM MERIT DALAM PROMOSI JABATAN DI KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI GORONTALO
Kata Kunci:
Sistem Merit, Promosi Jabatan, Kepemimpinan, Kompetensi, Budaya OrganisasiAbstrak
The implementation of the merit system in promotions is a vital step toward establishing a professional and transparent bureaucracy. However, its application in the Regional Office of the National Land Agency (BPN) of Gorontalo Province faces challenges, including ineffective policies, varying HR competencies, and organizational culture influences. This study aims to identify and analyze the factors influencing the merit system implementation in the structural promotion process at the Regional Office of BPN Gorontalo. A qualitative approach was employed using in-depth interviews, observations, and document analysis. Informants were selected through purposive sampling, involving structural officials and relevant staff. The findings reveal that inconsistent policies, lack of training and HR development, and organizational culture resistance are the main obstacles. Leadership support and organizational commitment were identified as key enabling factors. Optimizing the merit system implementation requires consistent policies, enhanced HR competencies through training, and efforts to transform organizational culture to be more adaptable to change.
Penerapan sistem merit dalam promosi jabatan merupakan langkah penting untuk mewujudkan birokrasi yang profesional dan transparan. Namun, pelaksanaan sistem ini di Kantor Wilayah BPN Provinsi Gorontalo menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya komitmen pimpunan, kompetensi SDM yang bervariasi, dan pengaruh budaya organisasi yang kurang kondusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penerapan sistem merit dalam proses promosi jabatan di Kantor Wilayah BPN Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Informan dipilih menggunakan teknik purposive sampling yang melibatkan pejabat struktural dan pegawai terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemahnya pola pikir birokrat dan komitmen pimpinan, kurangnya pelatihan dan pengembangan SDM, serta resistensi budaya organisasi menjadi kendala utama dalam penerapan sistem merit. Dukungan kebijakan dan komitmen organisasi diidentifikasi sebagai faktor pendukung. Untuk mengoptimalkan penerapan sistem merit, diperlukan kepemimpinan yang kuat, peningkatan kompetensi SDM melalui pelatihan, dan upaya transformasi budaya organisasi yang lebih adaptif terhadap perubahan.